7.1 Perkembangan Dana Pembangunan Indonesia
Dari segi perencanaan pembangunan di Indonesia, APBN adalah konsep
perencanaan pembangunan yang memiliki jangka pendek, karena iyulah APBN selalu
disususn setiap tahun.
Maka secara gari besar APBN terdiri dari pos – pos seperti dibawah ini :
·
Dari sisi
penerimaan, terdiri dari pos penerimaan dalam negeri dan penerimaan pembangunan
·
Sedangkan dari sisi
pengeluaran terdiri dari pos pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
APBN disusun agar pengalokasian dana pembangunan dapat berjalan dengan
memperhatikan prinsip berimbang dan dinamis. Hal tersebut perlu diperhatikan
mengingat tabungan pemerintah yang berasal dari selisih antara penerimaan dalam
negeri dengan pengeluaran rutin, belum sepenuhnya menutupi kbutuhan biaya
pembangunan di Indonesia.
Meskipun dari PELITA ke PELITA jumlah tabungan pemerintah sebagai sumber pembiayaan pembangunan terbesar, terus mengalami
peningkatan namun kontribusinya terhadap keseluruhan dana pembangunan yang
dibutuhkan masih jauh dari yang diharapkan.
Dengan kata lain ketergantungan dana pembangunan terhadap sumber lain,
dalam hal ini pinjamanan luar negeri masih cukup besar. Namun demikian mulai
tahun terakhir PELITA, prosentase tabungan pemerintah sudah mulai lebih besar
dibanding pinjaman luar negeri. Hal ini tidak terlepas dari peranan sektor
migas yang saat itu sangat dominan, serta dengan dukungan beberapa kebijakan
pemerintah dalam masalah perpajakan dan upaya peningkatan penerimaan negara
lainnya.
Untuk menghindari terjadinya deficit anggaran pembangunan, Indonesia masih
mengupayakan sumber dana dari luar negeri, dan meskipun IGGI ( Inter
Govermmental Group on Indonesia ) bukan lagi menjadi forum Internasional yang
secara formal membantu pembiayaan pembangunan di Indonesia, namun dengan
lahirnya CGI ( Consoltative Group on Indonesia ) kebutuhan pinjaman luar negeri
sebagai dana pembangunan masih dapat diharapkan. Yang perlu diingat bahwa
sebaiknya pinjaman tersebut ditempatkan sebagai pelengkap pembangunan dan peran
tabungan pemerintahlah yang tetap harus dominan, bukan sebaliknya.
7.2 Proses Penyusunan Anggaran
Anggaran merupakan sejumlah uang yang dihabiskan dalam periode tertentu
untuk melaksanakan suatu program. Proses penyusunan anggaran sangat penting
dalam sebuah proses
perencanan.
Secara garis besar, proses penyusunan anggaran terbagi menjadi 2, yakni dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up).
Secara garis besar, proses penyusunan anggaran terbagi menjadi 2, yakni dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up).
Dari Atas ke Bawah :
Merupakan proses penyusunan anggaran tanpa penentuan tujuan sebelumnya dan
tidak berlandaskan teori yang jelas. Proses penyusunan anggaran dari atas ke
bawah ini secara garis besar berupa pemberian sejumlah uang dari pihak atasan
kepada karyawannya agar menggunakan uang yang diberikan tersebut untuk
menjalanan sebuah program.
Terdapat 5 metode penyusunan anggaran dari atas ke bawah, yaitu :
1)
Metode kemampuan (
the affordable method ), yaitu metode dimana perusahaan menggunakan sejumlah
uang yang ada untuk kegiatan operasional dan produksi tanpa mempertimbangkan
efek pengeluaran tersebut.
2)
Metode pembagian
semena-mena ( Arbitrary allocation method ), yaitu proses pendistribusian
anggaran yang tidak lebih baik dari metode sebelumnya.
3)
Metode persentase
penjualan ( Percentage of sales ), yaitu menggambarkan efek yang terjadi antara
kegiatan iklan dan promosi yang dilakukan dengan presentase peningkatan
penjualan dilapangan.
4)
Melihat pesaing (
competitive parity ) karena sebenarnya tidak ada perusahaan yang tidak mau tahu
akan keadaan pesaingnya.
5)
Pengembalian
investasi ( return of investment ) yitu pengembalian keuntungan yang diharapkan
oleh perusahaan terkait dengan sejumlah uang yang telah dikeluarkan untuk iklan
dan aktivitas promosi lainnya.
Dari Bawah ke Atas :
Merupakan proses penyusunan anggaran berdasarkan tujuan yang telah
diterapkan sebelumnya dan anggaran ditentukan belakangan setelah tujuan selesai
disusun. Proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas merupakan komunikasi
strategis antara tujuan dengan anggaran.
Ada 3 metode dasar proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas, yaitu :
1)
Metode tujuan dan
tugas ( Objective and task method ) yaitu dengan menegaskan pada penentusn
tujun dan anggaran yang disusun secara beriringan. Terdapat 3 langkah yang
ditempuh dalam langkah ini, yakni penentuan tujuan, penentuan strategi dan
tugas yang harus dikerjakan, dan pekiraan anggaran yang dibutuhkan utuk
mencapai tugas dan strategi tersebut.
2)
Metode pengembalian
berkala ( payout planning ) yaitu menggunakan prinsip investasi dimana
pengembalian modal diterima setelah waktu tertentu. Selama tahun pertama,
perusahaan akam mengalami rugi dikarenakan biaya promosi dan iklan masih
melebihi keuntungan yang diterima hasil penjualan. Tahun kedua, perusahaan akan
mencapai titik impas (break event point) antara biaya promosi dengan keuntungan
yang diterima. Setelah masuk tahun ketiga, barulah perusahaan akan menerima
keuntungan penjualan. Strategi ini hasilnya dirasakan dalam jangka panjang.
3)
Metode perhitungan
kuantitatif ( Quantitative models ) yaitu mengguakan perhitungan statistik
dengan mengolah data yang dimasukan dalam kommputer dengan teknis analisis
regresi berganda ( multiple regresion analysis ). Metode ini jarang digunakan
karena kompleks dalam pemakaiannya.
Alokasi Anggaran :
Setelah mengetahui berapa anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program , hal selanjutnya adalah bagaimana mengalokasikan anggaran yang
tersedia. Mengalokasikan anggaran berarti melakukan pembagian dana secara
sistematis berdasarkan keseluruhan anggaran yang dimiliki perusahaan untuk
melangsungkan program tersebut. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengalokasian anggaran mencakup potensi pasar, ukuran dan segmen pasar,
kebijakan perusahaan skala ekonomni periklanan dan karakteristik perusahaan.
7.3 Perkiraan Pengeluaran Negara
Secara garis besar,pengeluaran Negara dikelompokkan menjadi dua yakni.
a)
pengeluaran rutin
b)
pengeluaran
pembangunan
Pengeluaran Rutin Negara
Pengeluaran rutin Negara adalah pengeluaran yang dapat
dikatakan selalu ada dan telah terencana sebelumnya secara rutin,diantaranya:
·
Pengeluaran untuk belanja
pegawai
·
Pengeluaran untuk belanja
barang
·
Pengeluaran untuk subsidi
daerah otonom
·
Pengeluaran untuk membayar
bunga dan cicilan hutang
·
Pengeluaran lain lain
Pengeluaran pembangunan
Secara garis besar,yang termasuk dalam pengeluaran
pembangunan diantaranya adalah:
·
Pengeluaran pembangunan untuk
berbagai departemen/lembaga Negara,diantaranya untuk membiayai proyek-proyek
pembangunan sektoral yang menjadi tanggung jawab masing-masing
departemen/lembaga Negara bersangkutan.
·
Pengeluaran pembangunan
untuk anggaran pembangunan daerah( Dati I dan II )
·
Pengeluaran pembangunan
lainnya
Dasar Perhiungan Perkiraan Penerimaan Negara
Untuk memperoleh hasil perkiraan penerimaan Negara,ada
beberapa hal pokok yang harus diperhatikan.Hal-hal tersebut adalah:
Penerimaan Dalam Negeri dari Migas
Penerimaan Dalam Negeri dari Migas
Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :
·
Produksi minyak rata-rata per
hari
·
Harga rata-rata ekspor minyak
mentah
Penerimaan
Dalam Negeri diluar Migas
Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :
Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :
·
Pajak penghasilan
·
Pajak pertambahan nilai
·
Bea masuk
·
Cukai
·
Pajak ekspor
·
Pajak bumi dan bangunan
·
Bea materai
·
Pajak lainnya
·
Penerimaan bukan pajak
·
Penerimaan dari hasil
penjualan BBM
7.4 Penerimaan Pembangunan
Terdiri dari penerimaan bantuan program dan bantuan proyek.
Terdiri dari penerimaan bantuan program dan bantuan proyek.
Perkiraan Penerimaan Negara
Secara garis besar sumber penerimaan Negara berasal dari :
Secara garis besar sumber penerimaan Negara berasal dari :
a) Penerimaan dalam negeri
b) Penerimaan pembangunan
Penerimaan Dalam Negeri
Pertama,penerimaan dalam negeri untuk tahun-tahun awal setelah masa pemerintahan Orde baru masih cukup menguntungkan pada penerimaan dari ekspor minyak bumi dan gas alam.
Pertama,penerimaan dalam negeri untuk tahun-tahun awal setelah masa pemerintahan Orde baru masih cukup menguntungkan pada penerimaan dari ekspor minyak bumi dan gas alam.
Namun dengan mulai tidak menentunya harga minyak
dunia,maka mulai disadari bahwa ketergantungan penerimaan dari sector migas
perlu dikurangi.Untuk keperluan itu ,maka pemerintah menempuh beberapa
kebijaksanaan diantaranya :
·
Deregulasi bidang perbankan (
1 Juni 1983 ).yakni dengan mengurangi peran bank sentral.serta lebih member hak
kepada bank pemerintah maupun swasta untuk menentukan suku bunga deposito dan
pinjaman sendiri.Dampak dari deregulasi adalah meningkatnya tebungan
masyarakat.
·
Deregulasi bidang perpajakan
(UU baru, 1 Januari 1984 ),untuk memperbaiki penerimaan Negara
·
Kebijaksanaan-kebijaksanaan
lain yang selanjutnya dapat menciptakan iklim usaha yang lebih sehat dan
mantap.
Penerimaan Pembangunan
Meskipun telah ditempuh berbagai upaya untuk meningkatkan tabungan pemerintah,namun karena laju pembangunan yang demikian cepat,maka dana tersebut masih perlu dilengkapi dengan dan ditunjang dengan dana yang berasal dari luar negeri.Meskipun untuk selanjutnya bantuan luar negeri ( hutang bagi Indonesia ) tersebut makin meningkatnya jumlahnya,namun selalu diupayakan suatu mekanisme pemanfaatan dengan prioritas sektor-sektor yang lebih produktif.Dengan demikian bantuan luar negeri tersebut dapat dikelola dengan baik (terutama dalam hal pengembalian cicilan pokok dan bunganya).
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar